Jumat, 21 September 2007

RANDALL COLLINS

RANDALL COLLINS
A. BIOGRAFI
Aku mulai menjadi sosiologi sejak muda. Ayahku bekerja di intelejensi militer di akhir perang dunia II, kemudian masuk ke Departemen Luar Negri Amnerika sebagai pejabat dinas urusan Luar Negri. Salah satu kenang – kenanganku paling awal adalah kedatanganku di Berlin untuk bergabung dengan ayah di Musim panas tahun 1945. aku dan saudara wanitaku tak dapat bermain di taman karena di situ taman ranjau darat dan suatu hari serdadau rusia datang ke halaman belakang rumah kami untuk menggali kuburan korban perang. Kejadian ini memberiku perasaan bahwa konflik adalah penting bahwa kekerasan mungkin.
Kepindahan tugas ayahku selanjutnya membawaku ke Uni Soviet, kembali nke Jerman (kemudian di bawah pendudukan militer Amerika ),Spanyol dan Amerika selatan. Di antara melaksanakan tugas luar negri kami tinggal di Amerika, dengan demikian aku kembali dan seterusnya hidup antara menjadi seorang anak Amerika biasa dan menjadi tamu istimewa luar negri. Pengelaman ini menimbulkan sejumlah sika p tertentu dalam memandang hubungan sosial. Ketika aku makin dewasa kehidupan Diplomatis kelihatan makin kurang dramatis dan makin menyerupai sebuah lingkaran etika formal tak berujung , dimana oprang tak pernah berbicara tentang persoalan politik penting yang sedang terjadi; pemisashan antara kerahasiaan di belakang layar dan seremonial di depan layar menyebapkan aku siap menghargai Ervving gofman.
Ketika aku sudak yterlalu dewasa untuk menyertai orang tuaku di luat negrti aku di kirim ke SMU swasta di New England . ini mengajariku realitas sosiologi besar lainnhnya; keadaan stratifikasi sosial. Banyak di antara siswa lain berasal dari The Sicial register (daftar orang terkemuka dalam masyarakat) dan aku mulai menduka bahwa ayahku tak sama kelas sosialnya dengan duta besar dan Mentri muda yang anak – anak mereka kadang – kadang aku temui.
Aku kemudian belajar di Harvad di mana aku berganti jurudan enam kali. Aku belajar kesustraan dan menjadi seorang dramawan dan penulis novel. Aku pindak dari matematika ke filsafat; aku membaca karya Freud dan merencanakan menjadi Psikiatris. Akhirnya aku memilih jurusan hubungan sosial dan antropologi.setelah mengambil kuliah Talcott Parson aku masuk jurusasn hubungan sosial. Kuliah Parson meliputi bidang kajian yang sangat luas, mulai analisa tingkat mikro ke tingkat makro dasn akhirnyamenjelaskan sesjarah dunia . tak banyak yang kudapat dari teori Parson kecuali gagasan tentang apa yang harus di pelajari oleh sosiologi. Ia pun memberiku beberapa bagian penting tentang model kultural. Parson mengajariku bahwa Max Weber kurang perhatiannya mengenai etika protestan ketimbang dirinya sendiri yang membandingkan dinamika seluruh agama yang ada di dunia dan Durkhaime yang mengajkan pertanyaan kunci ketika ia mencoba menjelaskan basis prakontraktual dari ketertiban sosial.
Kupikir aku ingin menjadii seorang Psikolog dan belajar di Starford, tetapi setelah setahun menerima ajaran menyakinkan bahwa sosiologilah tempat yang lebih baik untuk mempelajari kehidupan manusia, aku berganti Universitas dan di musim panas tahun 1964 aku tiba di Berkeley dan ketika itu juga bergabung dengan gerakan hak – hak sipil. Musim gugr tahu ini juga muncul gerakan kebebasan berbicara muncul di kampus kami. Kami mantan aktor gerakan aksi duduk mulai tertarik kepada faktor penyebab lain syang menbangkitkan emosi ketika orang dapat menciptakan solidaritas bersama ratusan orang lain. Aku mencoba membuat analisa sosiologi konflik pada saat kami mengalaminya bersama. Ketika perang Vietnam berlangsung dan konflik rahasia dalam negri (di Amerika)meningkat, geraka oposisi tak ma lagi egaki prisnip tanpa kekerasannya:kebanyakan mahasiswa menjadi kecewa, putus sekolah dan beralih ke gaya hidup hipis. Bila anda tak kehilangan kesadaran sosiologis anda. Aku mempelajari karya Erving Gofman dan Herbert Blumer (ketika itu keduanya adalah Profesar Berkeley) dan mulai memahami mengapa seluruh aspek masyarakat, konflik stratifikasi, dan lain – lainya, di bangun dari ritual interaksi kehidupan sehari hari kita
Aku pernah merencanakan menjadi profesor, namun hingga kini aku mengajar di berbagai universitas. Aku mencoba menghimpun kajian sosiologi dalam satu buku, Conflik sociology(1975)tetapi gagal dan aku menulis buku lainya, The Credintial Society(1979) untuk menjelaskan kemrosotan sistem status di mana kita semua terperangkap di dalamnya. Untuk membuat kajian sendiri secara serius, aku meninggalkan dunia akademis dan untuk sementara kehidupanku di topang oleh hasil menulis novel dan buku ajar. Akhirnya setelah ditarik oleh beberapa teman, aku kembali mengajar. Bidang kajianku sangat luas mulai dari gambar baru sejarah dunia turun ke rincian mikro emosi sosial. Istri ke duaku judith mcconnell, adalah salah seorang yang paling penting pengaruhya terhadap kehidupanku. Ia mengorganisir pengacara wanita untuk membongkar rintangan diskriminansi dalam profesi hukum dan kini aku belajar darinya mengenai politik di belakang layar pengadilan tinggi. Dalam sosiologi dan dalam masyarakat makin banyak yang harus di kerjakan.

Tidak ada komentar: